PERCIK.ID- Alfaqir nasihatkan untuk diri alfaqir sendiri, juga siapa
saja yang membaca tulisan ini. "Hakikat hidup kita adalah menunggu mati.
Ada yang tidak setuju dengan nasihat ini?! Silakan, imani lagi yakini kullu
nafsin dzâ’iqotul maut!
Ketahuilah! Tidak ada perbuatan terbaik sewaktu menunggu
mati selain dari menunaikan solat lima waktu"
▪ Sejatinya hidup
manusia mutlak menghamba melalui menunggu dari waktu solat yang satu, ke waktu
solat seterusnya. Karenanya, imani dawuhe Gusti Alloh ing suroh
al-Ashr “Sungguh rugi manusia itu apabila membiarkan sia-sia waktu berlalu
tanpa husnudhon billah”
▪ Manusia wajib husnudhon
billah sebab melaluinya berarti manusia itu berserah diri dengan Gusti
Alloh. Ini yang disebut “muslim”. Ia dapat taslim sebab iman yang
diyakini kepada DIA. Yang diwujudkan di kehidupan sehari-hari melaui “laku zuhud”
▪ Tidak ada bukti
husnudhon billah selain dari meyakini bahwa Gusti Alloh itu Mahakuasa, inna-llôha
‘alâ kulli syai’in qodîr. Maka, wujudkan husnudhon billah itu
melalui ajég lan banyu mili dalam dzikrulloh dan dzikrul maut
▪Karena di dalam diri
manusia terdapat syahwat, sedangkan di luar diri ada: munafik, kafir, setan,
iblis. Maka, kita wajib berstrategi melalui istiqomah dalam memerbarui: Niat,
Wudlu, Taubat. Maka, sejatinya beragama itu bukan memerbesar “syahwat
beragama”. Namun, mewujudkan akhlak-adab di kehidupan sehari-hari sebagai orang
yang beragama. Apakah akhlak-adab beragama itu: Selalu menomor-satukan Alloh;
Jujur benar; Tulus ikhlas; Disiplin; Amanah; Sungguh sungguh; dan Saling
menyayangi
▪ Karenanya, jadilah
dirimu sendiri. Menjadi diri kita sendiri. Melalui pandu agama yang sudah
dipraktikkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad Rosululloh saw. Maka, hidup dipenuhi
oleh ‘isyqun fillâh wa isyqun billah. Yang dipraktikkan ke dalam laku
zuhud, di antaranya adalah: “Jadilah Orang Senyum Selalu”; “Jadilah Orang
Selalu Sedakah”; dan begitu seterusnya. Semua dilakukan diniati buat
memerbanyak bekal kematian
▪ Yang wajib terus
disadari. Selain Kanjeng Nabi saw. tidak ada yang maksum. Maka, teruslah kita
berproses memerbaiki diri. Tanpa harus merasa baik. Sebab, setiap manusia di
kehidupan ini “sedang berproses” untuk “menjadi”
▪ Dalam rangka menunggu
kematian kita. Mari segera miliki pakulinan ajeg istighfar, ajeg solawatan,
ajeg hailalah. Dengan kata lain, “Jadilah SantriSugih yang ditandai dengan
memroses diri menjadi SantriBagus Pintar ngAJI Usahawan. Yang dipraktikkan ke
dalam “SantriBening Pènèr ngAJI ahli Dagang”
▪ Dan, yang tidak boleh
dilupakan. Segera miliki “hobi memuliakan orangtua”
¤ Penuhi hak dan kewajiban secara adil
¤ Hidup rukun, bersatu, damai dan harmoni selalu
¤ Khoirun nas, anfa’uhum lin-nâs
¤ Ikuti perbuatan buruk dengan perbuatan baik sebab
lillah. Innal hasanât, yudzhibnas sayyi’ât
www.percik.id
BalasHapusAbuya Miftahul Luthfi Muhammad
Hakikat Hidup Menunggu Mati