PERCIK.ID- Sejak lama saya sangat mengagumi Dr. Said Ramadhan Al-Buthy. Seorang cendekiawan muslim besar Syiria yang mempunyai kedalam ilmu dan bahasa sastra yang sangat mengagumkan. Ungkapan cinta pada baginda Nabi Muhammad saw. dalam risalah ini terasa merasuk dalam sanubari. Saya mencoba menerjemahkannya dengan kadar bahasa sastra yang saya sanggup menangkapnya.
Berikut
ini adalah munajat cinta Dr. Said Ramadhan Al-Buthy yang diperuntukkan bagi
Baginda Nabi. Risalah ini cukup kiranya mewakili kita semua, insya Alloh. Dan
semoga kelak kita diperkenankan mendapat syafa’at Nabi Muhammad saw. Amiin.
Teks Asli
Nuskhoh Dr. Ramadhan Al-Buthy bisa dilihat di link berikut
ini: (Link: naseemalsham.com)
Surat Cinta Teruntuk Baginda Rosululloh saw..
Oleh Dr. Said Ramadhan Al-Buthy
Aku
merasa selayakanya tidak berbicara sebagaimana yang disebutkan, kiranya lebih
baik aku menyampaikan kesaksian lirih bisikan nuraniku, inilah lisanku, penaku
dan lembaranku yang memohon kepada Alloh agar menjadikan kesaksian ini untuk
Rosululloh saw. Semoga kita semua kelak mendapatkan syafa’atnya ketika hari
kebangkitan umat manusia menuju Tuhan semesta alam.
Duhai
baginda Rosululloh
Hanya
kemulian belaka yang dianugerahkan Tuhan kepadamu, karena telah memilih
mengutusmu yang tiada lain penuh kasih sayang dan penuh pengampunan kepada
siapapun, sehinga Tuhan berfirman; “Dan ketika mereka sungguh telah berbuat
dzolim kepada diri mereka sendiri, lalu mendatangimu dan memohon ampun kepada
Alloh, maka Rosul pun memintakan ampunan kepadaNYA, hingga mereka mendapati
bahwa memang Alloh adalah Dzat yang Mahapenerima Taubat dan Mahapengasih.”
Betapa
mulia pernyataan ini wahai baginda! Kesaksian dari Alloh Azza wa Jalla atas
pilihan satu-satuNYA kepadamu. Dan telah menetapkan jalan kasih sayangNYA yang
begitu luas dan menyeluruh kepada semua hambaNYA kelak di hari kiamat, cukup
melalui syafaatmu dan kasihmu kepada mereka.
Duhai
baginda Rosululloh
Seandainya
semua akhlak kemanusiaan yang mulia menjelma sebagai wujud seseorang, maka
tentu akan tertunduklah kepalanya sebab keagungan akhlakmu, dan kesempurnaan
kemanusiaanmu, juga sebab jernihnya kelembutanmu.
Aku
melihatmu, wahai baginda. Dirimu berada di puncak kemenangan saat hari Fathu Makkah,
engkau tidaklah terbuai oleh kegembiraan melainkan jusru tersungkur beribadah
kepada Tuhanmu. Pada sisi lain, aku melihatmu bahwa Alloh telah menempatkanmu
di antara orang-orang yang membencimu yang telah banyak meyakitimu, menipumu
dan membahayakanmu.Tapi engkau menyambut mereka dengan wajah yang penuh kasih
sayang dan maaf. Berbicara kepada mereka dengan tutur kata yang penuh cinta dan
keramahan. Dan bergaul dengan hakikat sikapmu yang penuh kemuliaan dan
kedermawanan.
Pernah
suatu kali engkau ditanya, “Tidakkah engkau berdo’a kepada Alloh untuk kelompok
orang yang telah mengusirmu, menipumu dan menghujanimu dengan batu kebodohan
dan kotoran?!” Lalu engkau bentangkan telapak tanganmu kepada Tuhan dan
berdo’a, “Ya Alloh, berilah petunjuk kepada mereka, dan jadikanlah keturunannya
termasuk orang-orang muslim”.
Saat
ditawari tahta dan kekayaan oleh para sesepuh pembesar orang Quraisy, engkau
mengbaikannya dan berkata, “Aku tidak datang kepada kalian dengan mengharap
harta, tahta maupun kehormatan di mata kalian. Tetapi Alloh mengutusku kepada
kalian sebagai seorang Rosul dan diturunkan untukku kitab suciNYA agar akau
menyampaikan semua risalahNYA dan memberikan nasihat kepada kalian. Jika kalian
menerima dariku apa yang aku bawa, maka itulah bagianmu dariku dan juga
sebaliknya. Jika engkau menolaknya, maka akau akan bersabar karena ini adalah
perintah Alloh, sampai kelak diambil keputusan di antara kita.”
Duhai
baginda Rosululloh
Alloh
telah membahagiakanku dengan mengkaji perjalananmu, sejak aku masih remaja
dan belum beranjak dewasa. Kemudian memuliakanku dengan kesibukan mengajarkan
perjalananmu kepada para Mahasiswa. Sungguh, demi Alloh aku tidaklah ingat
masa-masa yang lebih menyenangkan jiwaku dan jiwa para Mahasiswaku dibanding
saat kita sampai pada puncak kenangan dan perasaan takjub terhadap keluhuran
akhlakmu yang humanis dan transenden.
Entah
berapa kali kami mengandaikan dan berpikir menghentikan masa-masa di antara
kita, ketika membicarakan sirohmu yang semerbak wangi dan kepribadianmu yang indah
nan agung. Seakan-akan tampaklah segala hal yang sebelumnya tak bisa kami
lihat, mengangankan hidup bahagia bersamamu sepanjang hari-harimu dengan para
sahabat. Lalu apalah artinya ini, saat ini kami terhempas berada di dunia dan
berulang kali terjebak dalam kesesatannya. Tapi memang kita pun terpisah,
kemudian terbakar api kerinduan padamu, pada saat-saat paling membahagiakan,
dan pada saat melewati hari-hari bersama para sahabatmu. Kemudian entahlah
karena terpisah itu pandangan kami terhalang dari bekas jejakmu.
Duhai
baginda Rosululloh
Suatu ketika ada yang berkata kepadaku, “Tidakkah engkau berkenan menulis satu bagian untuk membela Musthofa saw. karena telah tersebar keterlaluannya orang-orang yang penuh tipu daya dan dendam seperti para gelandangan, Huyay ibnu Akhthob dan Ka’ab bin Asad.”
Lalu aku berkata kepadanya, “Adakah di dunia ini orang yang merasa berhak
meletakkan kekasih Alloh, Muhammad, di dalam sangkar tuduhan, sehingga
membutuhkan orang yang tak berharga sepertiku, berdiri mencegah dan membelanya?
Sungguh aku tak akan melakukannya hingga aku lebih baik terbaring dalam tanah
yang dimuliakan karena jejak langkah kedua telapak kaki Rosululloh. Sungguh pun
demikian, mereka para gelandangan jika semuanya menjelma menjadi tukang sapu
lalu melemparkan debu dan seluruh kotoran bumi menjadi awan gelap yang pekat
untuk memadamkan dan merebut cahaya kenabian Muhammad yang senantia terpancar
ke seluruh pelosok, niscaya semua itu akan kembali menimpa kepala mereka
sendiri. Dan cahaya kenabian Muhammad akan tetap jernih terpancar dan
berpendar.
Duhai
baginda Rosululloh
Sungguh
ada yang meriwayatkan kepada kami bahwa engkau pernah berkata, “Betapa
beruntungnya mereka yang beriman kepadaku dan menjumpaiku, dan lebih beruntung,
sungguh-sungguh beruntung mereka yang tak pernah berjumpa denganku tetapi
beriman kepadaku.” Kami juga mendapatkan suatu riwayat shohih, tentang
sabdamu saat engkau menyapa Ahli Baqi’, “Betapa bahagianya aku, jika aku
benar-benar bisa memandang saudara-saudara kita...”
Dan
inilah kami wahai baginda
Kami
adalah saudara-saudaramu yang beriman kepadamu. Setiap harinya tenggelam dalam
kerinduan demi kerinduan. Sungguh abadi kerinduan kami kepadamu, sebagaimana
kerinduanmu kepada kami. Begitu juga cinta kami hingga kami bisa berjumpa
kepadamu setelah akhir yang bahagia dan membahagiakan. Alloh memuliakan kami
dengan itu semua, kelak saat kami menghadap kepadamu di depan tempatmu yang
suci. Kami akan dibangkitkan dengan penghormatan kami yang melebur dalam cinta
kami kepadamu. Kami akan memanggilmu di balik pagar masa yang menghalangi kami
darimu, dan kami semua tetap yakin bahwa sesungguhnya Alloh telah mengabarkan
penghormatan kami bersama bisikan lirih kami, sebagaimana Alloh
memperdengarkan salam penghormatan, yang kami tuturkan dalam setiap shalat
kami.
Dengan
demikian, keinginan terbesar kami yang tak akan pernah layu dalam diri kami
adalah berjumpa denganmu wahai baginda, di pelataran telagamu saat engkau
menyambut para sahabatmu yang engkau kenal dan pernah berjumpa denganmu, juga
menyambut saudara-saudaramu yang engkau rindukan meski tak pernah melihatnya,
yang kerinduan mereka kepadamu juga abadi. Engkau menyambutnya dengan pancaran
cahaya wajahmu yang penuh senyum sumringah. Dan Alloh pun memuliakan kami
dengan diperkenankan mendapat syafaat besarmu yang meleburkan dosa-dosa berat
dan kesalahan besar kami.
Dan
sekarang, apakah memang diperkenankan untukku, wahai baginda. Aku titipkan atas
namaku, atas nama saudara-saudaraku itu, dan atas nama semua umatmu, syahadat
ini; bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya engkau
Muhammad adalah hamba dan utusanNYA. Sungguh engkau juga telah menyampaikan
amanah yang engkau bawa, dan telah memberikan nasihat kepada para sahabat yang
berada di sekitarmu dan kepada saudara-saudaramu yang datang jauh setelahmu.
Inilah
kami hari ini, buah dari sekian kesungguhan dan perjuanganmu. Kami hidup dengan
hidangan petunjuk dan tuntunan sunnahmu. Kami tidak akan berpaling melenceng
jauh dari kebenaran dan terjebak dalam kesesetan.
Maka kami
memohon kepadamu wahai makhluk Alloh yang paling suci, untuk menjaga titipan
kami ini sampai pada masa ketika semua umat manusia dibangkitkan menuju Tuhan
semesta alam. Lalu Alloh memuliakan kami dengan akhir yang baik yang patut
mendapatkan kemurahan dan karunia-Nya yang terpadu dalam luasnya syafaatmu.
Sebagaimana
juga kami meminta kepadamu wahai baginda, agar membawa ke hadapan Tuhan
junjungan kita, sebuah harapan untuk memperbaiki umatmu dan mempersatukan yang
terpencar, ke dalam ridhoNYA. Juga agar mengilhami para pemimpinnya untuk
kembali dengan terpuji kepada petunjukNYA, dan cinta pada agama, tuntunannya,
dan kiranya memalingkan dari kami muslihat para pembenci dan tidak menjadikan
pemimpin yang jahat kepada umatmu.
Dan
terbuktilah janjimu yang mengatakan; “Akan tiba saatnya perkara kebaikan ini
sebagaimana pergantian malam dan siang”.
Kita
sungguh menunggunya wahai baginda
Sungguh kami tahu bahwa sebuah penantian tersingkapnya keburukan ini adalah merupakan sebentuk ibadah.
Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarfi Hidayatulloh, Jakarta fb
Tulisan Abd. Hakim Abidin Lainnya
www.percik.id
BalasHapusAbd. Hakim Abidin
Surat Cinta Teruntuk Baginda Rosululloh saw. dari Dr. Said Ramadhan Al-Buthy