Kecondongan Cinta

 

PERCIK.ID- Ferudun Ozdemir dalam bukunya yang berjudul "Alloh Ada, Masalah Tiada" menceritakan seorang waliyulloh bernama Bahlul Dana. Ia berlama-lama menafakuri sebuah rumah reyot yang hampir roboh. Ia merenung bagaimana jika rumah itu benar benar roboh?

Dan benarlah apa yang dipikirkan, tak menunggu lama setelah ia merenung, Alloh segera menjawabnya. Dan robohlah rumah tersebut.

Mendapati kejadian itu Bahlul Dana meluapkan kegembiraannya yang tiada terhingga.  Sehingga membuat orang-orang yang ada di sekelilingnya sama sekali tidak paham.

"Apa yang membuat Anda begitu sangat gembira? Ada rumah roboh kok malah bahagia?

Mendapati pertanyaan mereka, Bahlul Dana pun menjawab;

"Sebab rumah itu roboh persis searah dengan condongnya"

Namun jawaban yang diberikannya justru membuat semua orang semakin bingung.

"Memangnya kenapa kalau rumah itu roboh searah dengan condongnya? Kan memang sudah seharusnya demikian??

Bahlul Dana kemudian menceritakan hikmah dari bertafakurnya;

"Sebagaimana rumah itu,  apa saja yang ada di dunia ini pada akhirnya pasti akan jatuh sesuai dengan kecondongannya. Demikian kecondonganku adalah kepada Alloh, karena itu semoga akhir dari hidupku adalah berjumpa wajah Alloh yang Mahamulia. Wahai kalian semua! Berteguhlah untuk selalu condong kepada Alloh swt. Saat rukuk dan sujud. Ketika sendiri dan dalam keramaian. Saat sedih dan senang. Saat berduka ataupun bergembira. Jangan sampai kita jatuh kepada selainNYA ketika meninggalkan dunia ini."

Dalam artian, apa-apa yang menjadi kelanggengan kita. Hobi dan kebiasaan kita.  Pada saat demikianlah nanti kita dipanggil menghadap ke hadlirotNYA.

Sebagaimana telah banyak kisah yang sampai kepada kita; ada orang yang hobinya solat berjamaah sehingga hampir tak pernah sekalipun ia meninggalkannya dan Alloh memanggilnya saat sujud terakhir dalam solatnya.

Pernah juga Ramanda Guru kami menuturkan kisah seorang penjual minyak gas keliling yang merayap menyusuri gang demi gang dengan menawarkan "Gasnya...Gas…gaaaas.” Dan takdir Alloh ia mengembuskan nafas terakhir dengan mengucapkan "gaaaassss"

Ada pula yang kegemarannya memenuhi syahwatnya dengan "lonte" .. Pada akhirnya Alloh memungkasi nyawanya ketika sedang menikmati hawa segar di atas "gunung kembar" . Na’udzubillah.

Belajar dari kisah yang dituturkan Ferudun Ozmir di atas.  Hendaknya kita tidak salah dalam melabuhkanan cinta. Harus jelas alamat cinta yang kita tuju. Yakni kepada Alloh dan RosulNYA dan setiap perkara yang dapat mengantarkan dan mengarahkan kepada cinta Alloh dan Rosululloh saw. 

 

Kanjeng Nabi mendedahkan kelak di hari berbangkit setiap kawula akan dikumpulkan dengan apa-apa yang paling dicintainya.

Sebagaimana kisah seorang laki-laki yang selalu membaca surah al-Ikhlas. Ketika ditanyakan. Mengapa engkau selalu membaca al-Ikhlas?  Dengan Pedenya ia menjawab;  "Aku sangat menyintainya"

"Anta ma'a man ahabba"

Karenanya Ramanda Guru menganjurkan setengah mewajibkan kepada setiap santri untuk senantiasa memberi muatan pada setiap tarikan dan hembusan nafas dengan kalimah Lâ ilâha illa-llôh hingga kalimat itu menjadi nafas itu sendiri dengan harapan kapan pun Alloh hendak memungkasi hidup kita mulut basah menyebut AsmaNYA yang Mahamulia.

Dan menetapi hadis Nabi saw. yang disampaikan Imam al-Ghozali dalam Ihya'nya.  Suatu ketika Beliau saw. ditanya oleh para sahabat.  "Wahai Rosululloh saw.  Amalan apakah yang paling utama?" Beliau bersabda, "Yaitu ketika kalian mati dan bibirmu dalam keadaan basah menyebut asma Alloh Azzawajalla.

Wallohu a'lam

Mukhtarom Arsalan
Ribath Ibadurrohman el-Luthfy


إرسال تعليق

أحدث أقدم