Membangun Ekspertise

PERCIK.ID- Bagi saya, jangankan dengan melihat langsung, cukup dengan mendengar cerita-cerita tentang keahlian seseorang yang pol canggihnya, entah pada profesi apapun itu, selalu saja menyenangkan. Bahkan jikapun cerita itu sedikit berlebihan, saya tetap senang menyimaknya.

Toh yang penting hikmahnya bisa kita peras dengan tepat dan jadi manfaat kan?

Seorang mekanik ahli perbengkelan misalnya, yang sejak belianya sudah bergelut dengan pekerjaan gerinda, las, bubut, dan segala pekerjaan mekanik apapun hingga usia tuanya kini, cukup dengan mendengar suara mesin las saja langsung tahu hasil pengelasan anak buahnya matang apa tidak.

Tanpa perlu prosedur panjang tentang inspeksi produk, quality check dan quality assurance hasil las bagus atau tidak cukup dinilai dari suara yang terdengar saat proses pengelasan. Selesai.

Seorang kawan yang bertahun-tahun menjadi developer perumahan, tanpa harus langsung terjun ke lapangan mensurvey lokasi, sudah bisa ‘merasakan’ tanah yang ditawarkan padanya prospektif untuk dibeli atau tidak. Dengan menyimak paparan dari telepon dan gambar via WA, sudah cukup baginya untuk mengambil keputusan. Ambil atau tidak, tak lagi soal kalkulasi yang melulu teknis. Ada ‘setrum-setrum’ yang terasa olehnya yang tak bisa kita hitung.

Ahli hidrolik yang merupakan Pakdhe kawan saya bisa ‘melawan’ kaidah dalam dunia fisika hidrolika, bahwa mesin hidrolik hanya bisa bekerja lambat. Namum baginya, dia bisa membuat mesin hidrolis yang gerakannya cepat namun tidak mengurangi kekuatan tekan-nya.

Seorang pakar manajemen, dengan sekilas dua kilas pembacaan peristiwa dalam organisasi, langsung bisa mengerti akar masalah yang membuat kemandekan organisasi itu. Tanpa harus melakukan audit, dia sudah tau borok perusahaan ada dimana, dan bahkan merekomendasikan resep penyembuhan yang paling manjur.

Semua tadi, didapat hampir-hampir keseluruhannya dari pengalaman lapangan. Mereka adalah orang-orang yang kenyang dengan kenyataan, kegagalan, percobaan, kebangkitan, dan kesetiaan pada perjalanan. Bahkan para expert ini tak melulu mengenyam pendidikan formal di bangku sekolah.

Meskipun bukan berarti sekolah itu tidak penting. Pada kondisi-kondisi dan soal-soal tertentu, sekolah tentulah penting. Namun jika Anda sedang berusaha membangun keahlian hingga puncaknya, maka wajib bagi Anda untuk beranjak dari sekedar bangku sekolah.

Ilmu-ilmu sekolah yang kebanyakan berupa teori itu, sebenarnya adalah kesimpulan ringkas dari pergumulan dan pengalaman sekian banyak orang pada suatu bidang. Maka mempelajari pengalaman orang lain, melalui teori yang telah dirangkumkan tadi, tentulah baik.

Namun kiranya kita memulai pelajaran dari teori lalu berhenti disitu, maka kita akan terjebak pada permukaan-permukaannya saja. Kita langsung njujuk pada kesimpulan, tanpa menyelami realita dan dimanika yang jauh lebih luas dalam menempa keilmuan para pembelajar. Pembelajar sejati, menempuh kenyataan dan setia pada apapun realita.

Barangkali perlu kembali kita ingat, bahwa ilmu sejatine kanti laku. Kalau itu masih sekedar teori, maka belumlah absah dia disebut ilmu. Lebih tepat kita sebut sebagai pengetahuan atau informasi.

Maka sekolah penting, menyelami pengalaman tak kalah penting. Pada keduanya kita temukan ketepatan metode untuk menuju puncak keahlian.

Enggar Amretacahya
Menulis Mencari Ilmu dan Berkah. Pedagang di Surabaya           

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama