Visualisasi Hati


PERCIK.ID- Soal kemampuan verbal, manusia terbagi menjadi dua karakter. Ada orang yang bisa mengungkapkan perasaan serta apa yang dirasakan dengan sangat mudah. Orang yang seperti ini barangkali lidah dan hatinya memiliki konstalasi yang langsung terhubung tanpa hambatan. Sebab tidak semua orang seperti itu. Ada orang yang mengungkapkan apa yang dirasakan saja tidak bisa. Atau bisa, tetapi tidak sepenuhnya menggambarkan apa yang dirasakan.

Maka orang salah paham terhadap sikap orang lain terkadang miskomunikasinya bukan karena murni salah membaca, tetapi orang itulah yang tidak mampu memvisualkan apa yang ada di dalam hatinya hingga apa yang dimunculkan tidak menggambarkan apa yang dirasakan.

Misalnya berkaitan dengan ta’dhim dan rasa hormat. Orang tetap menaruh ta’dhim luar biasa di dalam hatinya, tapi visualisasi dari keta’dhiman itu tidak diwujudkan dalam tindakan yang formal. Ini kemudian bisa ditarik pada tindakan formalitas keta’dhiman juga tidak semerta-merta menggambarkan isi hatinya.

Kita mungkin menganalogikan hal ini dengan urusan cinta. Sebagaimana manusia dimabuk asmara, ada yang bisa dengan mudah mengambil tindakan untuk memberikan sesuatu kepada orang yang disukai. Tapi ada pula yang memiliki cinta membuncah di dalam hati, tapi tidak mampu untuk mengungkapkannya. Padahal rasa cintanya sudah tak keruan. Apalagi mengambil tindakan.

Keintiman cinta kadang memuarakan pada ketidakmampuan semacam itu. Seperti rindu yang menggebu-gebu, tapi tak bisa bertemu. Rindu membuncah, tetapi tidak bisa melakukan apa-apa untuk melampiaskan rindunya. Rindu semacam ini, pada tingkatan tertentu, bisa mengganggu akal sehatnya karena terus memikirkan orang yang dicintai tersebut.

Tentu cinta kepada Alloh swt. bisa juga menjadikan orang demikian. Ketika perasaan sudah luar biasa rindu, tetapi medium pertemuannya tidak memenuhi kebutuhan rindunya yang sudah sampai melebihi wadahnya. Bukankah orang yang seperti ini bisa menangis tiba-tiba, senyum sendiri tiba-tiba, bahkan tidak bisa mengendalikan dirinya karena rasa cinta yang melebihi batas akal.

Konseptual ini, dalam kalangan sufi disebut juga dengan mazdhub. Ada orang-orang yang rasa cintanya tidak tertampung dalam spektrum dunia. Maka kemudian menjadi tidak sinkron antara hati dan akal. Hati sudah melambung terlampau tinggi, tetapi akal tidak mampu untuk menerjemahkan dan memvisualkannya dalam bentuk ungkapan, apalagi dalam bentuk tindakan.

Maka kemudian ungkapan dan tindakannya terkadang sampai tidak dapat kita nalar dengan akal kita. Nuansa lahiriyahnya berbeda dengan nuansa yang ada di dalam hatinya. Problemnya hanya satu, tidak memiliki medium yang sesuai untuk melampiaskan apa yang dirasakan.

Sebagaimana rindu kepada orang yang dicintai. Terkadang rindu yang tidak bisa diungkapkan itu hanya membuat seseorang tiba-tiba menangis. Karena visualisasi lahiriyah tidak mampu menampilkan apa yang sesungguhnya dirasakan dan hendak diungkapkan oleh hati.

Ahmad Yusuf Tamami 
"Penulis Rubrik Suluh Majalah MAYAra" fb  
Tulisan Ahmad Yusuf Tamami Lainnya

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama