Mengelola Trauma

PERCIK.ID- Perjuangan untuk sembuh dari engalaman traumatis bagi sebagian orang sungguh bukan perkara mudah. Sampai beberapa waktu lamanya bahkan ada yang mengeluhkan rentang perhatian dan keterampilan kognitif mereka menurun drastis.

 

Kehilangan minat terhadap banyak hal yang jauh sebelum mengalami kejadian traumatik justru merupakan bagian-bagian yang menyenangkan untuk dilakukan, kehilangan fokus ketika beraktivitas, mudah lupa, mudah sekali panik dan cemas berlebihan adalah beberapa hal yang dikeluhkan.

 

Bahkan ada, seseorang yang dulu cinta sekali dengan buku, menyelesaikan membaca satu buku hanya dalam beberapa hari, dan selalu bersemangat mengisi hari-harinya dengan berburu bahan bacaan, setelah mengalami kejadian traumatik justru mengeluhkan hal sebaliknya. Dia tidak bisa menyelesaikan sebuah buku, tidak bisa membaca tanpa terganggu oleh hal-hal terkecil. Dia terkadang menyelesaikan buku dalam beberapa bulan atau justru tidak menyentuhnya sama sekali meski dia tahu bahwa buku itu sangat menarik dan diberikan dengan tulus oleh orang terkasihnya.

 

Kortisol, salah satu hormon stres yang ada di dalam tubuh, menjadi tinggi karena trauma. Ketika seseorang mengalami kejadian traumatik, tubuh berada dalam mode “berperang”. Ketika itu terjadi, amigdala yang melepaskan kortisol sebagai respons terhadap stres, membajak bagian otak lainnya sehingga tubuh seseorang tersebut hanya fokus untuk bertarung melawan segala hal menakutkan yang membuatnya hancur atau bahkan berlari menghindar.

 

Mengatasi trauma dimulai dengan menurunkan respons stres tubuh. Masing-masing orang akan sembuh dengan cara yang berbeda dan dengan waktu yang berbeda pula. Seseorang tidak akan pernah benar-benar sembuh dari segala sakit yang dideritanya tanpa ada keinginan kuat dari dalam dirinya untuk sembuh. Seperti yang dibilang sama Mbah Shakespeare, “Our bodies are our gardens – our wills are our gardeners.” Tubuh kita adalah kebun kita, lalu kemauan kita (untuk terus sehat) adalah tukang kebunnya yang bakalan menanam, merawat tanaman dengan telaten dan membuat kebun kita memberikan manfaat terbaik buat kita.

***

 

Beberapa orang mengalami kesulitan mengatasi efek buruk dari pengalaman traumatis yang dialaminya. Butuh waktu dan proses berdarah-darah bagi mereka untuk melewati hari demi hari dan melupakan masa lalu yang buruk yang mempengaruhi kehidupan mereka.

 

Ada yang bilang bahwa gejala trauma terjadi ketika otak kita beradaptasi dengan situasi yang sulit sebagai mekanisme pertahanan diri.

 

Aku sepakat bahwa trauma bukanlah penyakit. Itulah kenapa ia tak bisa sembuh, tapi bisa diatasi serta dikelola. Dengan menggunakan mekanisme sama yang bekerja di otak, terhadap segala pengalaman traumatik yang kita hadapi, kita akan bisa beradaptasi kembali. Memori dapat dipengaruhi sedemikian rupa sehingga otak menyimpannya secara berbeda dan tidak lagi memperlakukannya sebagai prioritas tinggi.

 

Masa lalu tidak bisa dilupakan sepenuhnya. Jika kalian pernah mengalami pengalaman buruk di masa lalu dan sangat membekas di kehidupan kalian sekarang, kalian tak sendirian. Jadi jangan mau terus-terusan dikuasai oleh masa lalu. Bergeraklah dan berupayalah untuk mengelolanya. Kita bisa mengatasi dan belajar darinya. Kita dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang berguna dan bermakna dalam hidup kita, dan menjadi sosok yang lebih kuat dari sebelumnya.

Nissa
Healthcare practitioner, tinggal dan bekerja di Solo.   fb       

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama