Abu Hafshin al-Haddad dan Kata-Kata Dukun Yahudi yang Menyadarkannya

PERCIK.ID- Ketika Alloh menghendaki seseorang menjadi baik itu perantaranya bermacam-macam. Jalannya pun macam-macam, tak terduga dan kadangkali di luar jangkauan nalar kita. Ada orang misalnya, dulunya mbegadul, tapi berubah menjadi baik setelah mendengarkan ayat-ayat suci al-Qur’an. Berubah menjadi baik setelah membaca terjemahan ayat-ayat suci, membaca hadis, mendengarkan nasehat ulama dan lain sebagainya.

Ada juga orang yang berubah karena melihat penderitaan orang lain, kemudian tersentuh hatinya, lalu berubah. Ada juga yang menyadari betapa besar anugerah Alloh yang diberikan kepadanya, lalu berubah menjadi baik.

Ada juga yang berubah menjadi baik, lewat perantara yang mungkin itu dalam pandangan manusia dianggap jelek, buruk, kotor dan menjijikkan. Namun justru itulah jalan hidayah Tuhan mengalir kepada seseorang. Dipenjara dulu, difitnah, terpuruk, direndahkan dan diremehkan dulu kemudian berubah menjadi baik. Pokoknya macam-macam lah, itu hak Alloh menjadikan hamba-Nya berubah lewat perantara dan jalan apapun.

Ada kisah unik di balik perubahan dari seorang wali Alloh bermana Abu Hafshin al-Haddad. Perantara Abu Hafshin menjadi baik, mungkin dalam pandangan kita, dianggap tidak masuk akal. Dari ‘nashat’ seorang dukun Yahudi, ia justru sadar betapa sayang dan pengasihnya Alloh kepada dirinya.

Kisah singkatnya Abu Hafsin pernah tergila-gila dengan seorang perempuan. Sayang cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Lamarannya ditolak mentah-mentah oleh keluarga perempuan yang dicintai itu.

Ia sakit hati. Didatanginya seorang dukun Yahudi. Diceritakannya apa yang telah dialaminya. Dan ia pun meminta kepada dukun Yahudi itu agar membuat perempuan yang dicintai dan keluarganya menerima dirinya.

Dukun Yahudi itu berkata kepada Abu Hafshin, “Selama 40 hari jangan kerjakan shalat. Dengan cara apapun jangan kerjakan perintah Alloh. Jangan pula lakukan perbuatan-perbuatan baik. Selama itu pula jangan kamu sebut nama Alloh. Jangan pula memikirkan hal-hal baik. Setelah semua itu kamu lakukan, barulah aku sanggup dengan sihirku membuat keinginanmu terwujud.”

Karena didorong sakit hati. Dilaksanakanlah nasihat dukun itu. Abu Hafshin pun dibuatkan jimat, tapi nihil tak ada hasil. Ia pun kembali mendatangi dukun Yahudi untuk protes. Tapi justru, Abu Hafshin yang disalahkan oleh dukun Yahudi.

“Sudah pasti selama 40 hari itu, kamu melakukan perbuatan baik, jika tidak tentu keinginanmu telah tercapai.”

“Omong kosong, aku tak melakukan apa-apa selama 40 hari. Kecuali di rumah saja. Satu-satunya perbuatan yang aku lakukan apakah ini dinilai kebaikan atau tidak adalah, menyepak sebuah batu ketika aku datang ke sini agar tidak ada orang yang tersandung.” Protes Abu Hafshin.

“Janganlah menjengkelkan Alloh yang perintah-perintahNYA engkau tentang atau lawan selama empat puluh hari. Dia tidak akan menyia-nyiakan kemurahanNYA, walau untuk kebaikan kecil nan remeh seperti yang kamu lakukan itu.”

Kata-kata dukun Yahudi itu mengguncang hati Abu Hafshin. Sejak saat itu, ia berbalik arah, bertaubat kepada Alloh.

Itulah kalau Alloh sudah menghendaki orang menjadi baik. Bermacam-macam jalannya. Macam-macam pula perantaranya. Kehidupan ini bagi kita, adalah serba kemungkinan. Kita tak pernah tahu apa yang terjadi esok hari. Yang mungkin dianggap baik, apakah tetap akan baik nantinya, belum tentu. Begitu pula yang dianggap buruk apakah akan tetap buruk nantinya, belum tentu juga.

Hari kemarin telah kita lalui. Hari ini, hari yang kita jalani. Hari esok kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Yang patut dan seharusnya membuat kita selalu was-was adalah, kebaikan-kebaikan, dan kesalihan-kesalihan yang telah kita lalui dan yang sedang kita jalani, apakah akan tetap sampai hari-hari esok nanti?

Sementara akankah orang yang kita anggap tidak baik, pendosa dan rendahan, tetap pada ketidak baikan dan pada dosa-dosanya atau justru mereka berubah menjadi orang-orang yang shalih dan mulia? Semuanya masih rahasia, Alloh lah yang memegang dan mengetahui rahasia-rahasia itu. Alloh swt berfirman, “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”(Qs.an-Najm [53]: 32)

Dalam sebuah hadis Rosululloh saw juga mengingatkan,

لَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ

“Janganlah kalian merasa diri kalian suci, Alloh lebih tahu akan orang-orang yang berbuat baik diantara kalian” (Hr. Muslim)

Mari kita jaga kebaikan-kebaikan, keshalihan-keshalihan yang telah kita lakukan, bahkan ditingkatkan lagi seraya terus memohon kepada Alloh. Jangan pernah merasa aman, nyaman dan berpuas diri yang itu akan membuat diri kita lengah dan terlena. Yang kemudian membuat kita jatuh ke lembah nista. Naudzu billah.

Rahasia-rahasia kehidupan itu ada dalam genggaman dan kuasa Alloh. Bagi kita, waspada dan merendahkan diri, merengek memohon rahmat, kasih-sayangNYA adalah mutlak untuk dilakukan. Wa-llahu ‘alam. Ihfadznaa ya Alloh.

Zaenal Abidin el-Jambey
Penulis Buku "Aku Berusaha, Alloh yang Punya Kuasa"  fb

إرسال تعليق

أحدث أقدم