Istidroj

PERCIK.ID- Jika ada orang yang berbuat durhaka dan dholim tetapi ternyata terus mendapat kucuran karunia dan nikmat Alloh, maka berarti ia mendapat apa yang disebut dengan istidroj.

Terkait hal ini setidaknya ada ada lebih dari satu hikmah di dalamnya. Salah satu hikmah terpentingnya ialah orang -yang terlenakan oleh beragam nikmat- memang layak terhalangi dari rohmat dan kasih-sayangNYA hingga tidak dapat bertaubat. Ia diberi ujian dengan bertambahnya penyebab mengerasnya hati, lupa diri dan tinggi hati. Yakni Alloh menggelontorkan aneka ragam kenikmatan dan kesenangan kepadanya hingga terbukalah semua pintu kemudahan baginya. Lalu tatkala ia semakin senang dengan apa yang ia terima dan cenderung semakin durhaka dan sombong, maka Alloh segera menimpakan siksa yang dahsyat secara tiba-tiba.

Ayat-ayat yang berbicara tentang sunnah ilahiyah ini terbagi dua; 

Pertama, ayat-ayat yang mengandung petunjuk bahwa penangguhan siksa atasnya berlaku hingga kematian menjelang, yakni ia disiksa di akhirot. Ini biasanya berlaku atas orang yang menganggap lezat kedurhakaan dan kekufuran kepadaNYA tanpa berbuat dholim kepada para hambaNYA yang memegang amanah dan berbuat kebaikan; seperti firmanNYA,

 “Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh mondar-mandir orang-orang kafir di berbagai negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah seburuk-buruk tempat tinggal.” (Qs. Ali Imrôn [3]: 196-197)

 

“Maka serahkanlah [ya Muhammad] kepadaKU [urusan] orang-orang yang mendustakan per-kata-an ini [Al-Qur'an]. KAMI akan menarik mereka dengan berangsur-angsur [menuju binasa] dari arah yang tidak mereka ketahui, dan AKU memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencanaKU amat kokoh.” (Qs.al-Qolam [68]: 44-45)

 

Kedua, ayat-ayat yang mengandung keterangan bahwa penangguhan itu hingga waktu tertentu dan ia akan ditimpa siksa yang membinasakan sewaktu masih di dunia. Ini biasanya berlaku atas orang yang di samping bergelimang kedurhakaan dan kekufuran juga bertindak sewenang-wenang dan berlaku dholim kepada para hambaNYA; seperti firmanNYA,

 “Dan sesungguhnya beberapa rosul sebelum engkau [Muhammad] telah diperolok-olok, maka AKU beri tenggang waktu kepada orang-orang kafir itu, kemudian AKU binasakan mereka. Maka alangkah hebatnya siksaKU itu.” (Qs.ar-Ro’d [13]: 32)

 

 “Dan berapa banyak negeri yang AKU tangguhkan [penghancuran]nya, karena penduduknya berbuat dholim, kemudian AKU adzab mereka, dan hanya kepadaKU-lah tempat kembali [segala sesuatu]” (Qs.Al-Hajj [22]: 48)

 

 “Tetapi setelah KAMI hilangkan adzab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji. Maka KAMI hukum sebagian di antara mereka, lalu KAMI tenggelamkan mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat KAMI dan melalaikan ayat-ayat KAMI.” (Qs.Al-A’rôf [7]: 135-136)

 

 “Tetapi kenapa mereka tidak memohon [kepada Alloh] dengan kerendahan hati ketika siksa KAMI datang menimpa mereka? Bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menjadikan tampak indah bagi mereka apa yang selalu mereka kerjakan. Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, KAMI pun membukakan semua pintu [kesenangan] untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, KAMI siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa.” (Qs. Al-An’âm [6]: 43-44)

 

ayat-ayat tentang Qorun beserta harta benda dan beragam kemewahan yang membuatnya angkuh, Qs. Al-Qoshsosh [28]: 79-85.

 

Jadi ada “istidrôj yang berlangsung hingga hari kiamat (terkait golongan pertama)” dan ada “istidrôj hingga waktu tertentu yang diakhiri dengan siksa dan akibat yang buruk di dunia.”

Siksa yang ditimpakan kepada golongan pertama adalah karena kedurhakaan dan kekufuran terhadap kuasa dan perintahNYA, yaitu kejahatan terkait dengan hakNYA saja, sedangkan adzab bagi golongan kedua adalah di samping karena kedurhakaan dan kufuran terhadap hakNYA juga karena laku dholim, durhaka dan sewenang-wenang terhadap para hambaNYA.

Jadi keadilan ilahiyah menetapkan bahwa DIA akan melegakan dada orang-orang yang terdholimi dengan memerlihatkan adzab yang menimpa para pendholim tersebut, selain istidrôj yang menimpa mereka. Dan pada hari Kiamat mereka juga akan diadzab atas kekufuran yang telah mereka lakukan.

Selanjutnya, ketahuilah bahwa istidrôj merupakan hulu dari berbagai nikmat tak terhingga yang diberikan secara terus-menerus kepada orang-orang kafir. Diksi “tak terhingga” mengecualikan nikmat-nikmat yang merupakan hasil kerja keras pikiran dan badan mereka yang tidak merupakan istidrôj tetapi lebih sebagai ‘hak’ yang DIA berikan atas jerih-payah yang telah mereka kerahkan. Bahwa di antara sunnatulloh pada para hambaNYA adalah DIA tidak menyia-nyiakan upah atau balasan orang-orang yang beramal, siapa pun mereka, mukmin maupun non mukmin. Namun orang-orang mukmin akan memeroleh balasan jerih-payah duniawiyah di dunia dan jerih payah ukhrowiyah di akhirot nanti. Sedangkan orang-orang non mukmin hanya akan memeroleh balasan di dunia saja, berdasarkan firmanNYA,

“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya maka pasti KAMI berikan balasan  penuh atas amal mereka di dunia dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.” (Qs. Hûd [11]: 15)

Jadi bila Anda melihat si kafir bergelimang nikmat yang tidak sesuai dengan jerih payahnya maka ketahuilah bahwa itu merupakan tambahan istidrôj dariNYA. Ini berlaku atas individu seorang mukmin maupun masyarakat non mukmin.

Tulisan Selanjutnya:  Istidroj 2

Yai Mahsun Maftuhin
Pengasuh Pondok Pesantren al-Ibadah, Kedungjambe, Singgahan, Tuban

Baca Juga:


إرسال تعليق

أحدث أقدم