Memantik Watak Eklektik

 


PERCIK.ID- Kita mungkin pernah membaca atau mendengarkan informasi tentang “zaman keemasan Islam”, masa ketika para filsuf, ilmuwan, dan insinyur dari Dunia Islam banyak berkontribusi terhadap perkembangan teknologi dan kebudayaan dunia, dengan tradisi yang dijaga dan inovasi yang terus diperbarui. 

Kita menerima informasi itu dengan bangga sekaligus bersedih bahwa sampai hari ini, masa-masa seperti itu tidak pernah terulang kembali. Obsesi, gairah dan kecintaan terhadap ilmu menghasilan peradaban yang gilang gemilang dari abad ke-8 hingga pertengahan abad ke-13. 

Gus Dur pernah diwawancarai oleh Hardi dari Majalah Horison mengenai tema yang cukup spesifik, yakni “Sastra Islam Versus Penyempitan Ilmu Islam”. Gus Dur mengatakan bahwa sastra merupakan bagian penting dari majunya peradaban Islam berabad silam. Wawancara lengkapnya termuat di Majalah Sastra Horison, No. 7, Tahun XIX 1984. 

Menurut Gus Dur, ada satu ciri utama dari Peradaban Islam yang melekat ketika itu, yakni watak eklektik. Watak yang mampu menyerap, menyerap dari mana saja. Tanpa takut-takut. 

Cerita Fabel karangan al-Zais dalam Kitabulhayawan yang terdiri dari empat jilid tebal itu banyak mengandung unsur-unsur yang diambil dari Yunani, Romawi dan India. Kitab itu merupakan kisah binatang yang terlengkap. Di dalamnya kita bisa melihat dari sudut pengetahuan umum, sastra, juga pengetahuan kejiwaan orang. al-Zais meramu kebudayaan yang bermacam-macam lalu menjadikannya bagian-bagian dari peradaban Islam.

Lain kita lihat yang namanya Abu Hanifah seorang ahli fikih. Dalam bayangan kita seorang ahli fikih itu sosok yang berjubah yang sibuk membaca kitab-kitab di perpustakaannya dan tidak terlalu mengurus dan mementingkan persoalan dunia. Tetapi, kenyataannya ia adalah seorang arsitek, yang kebetulan memborong pembuatan pagar Kota Baghdad. Di situlah ia ketika membuat lengkung gapura (arcade) ia mengambil inspirasi dari daerah Asia Tengah. Bukan dari Arab, mudahnya dari Afganistan, Samarkand Rusia atau serta daerah Iran paling timur.

Abu Hanifah melakukan itu dan dia mendaptkan pujian dalam sejarah. Ternyata lengkungan gapura Abu Hanifah itu daya tampungnya, bobotnya jauh lebih baik daripada lengkungan Arab. Padahal waktu itu daerah tersebut bukan daerah muslim. Jadi dengan mudahnya ia mengambil arsitektur non-muslim dan memasukkannya menjadi arsitektur Islam.

Abu Amrin Ibnu Alla’ jadi contoh berikutnya. Seorang ulama yang terkenal asketik sekali. Dia salah seorang dari sepuluh pembaca al-Qur`an yang sah.

Di antara sepuluh itu ada Abu Amrin. Abu Amrin itu salah seorang musikolog yang mengambil musik India. Kita semua tahu musik India bersumberkan pada agama Hindu yang panteistik nafasnya. 

Al Khalil ibnu Ahmad adalah seorang peletak dasar bahasa Arab, karena dia penyusun kamus yang pertama dalam bahasa Arab, kamus Ain dalam dua jilid. Menarik sekali di dalam kamus tersebut ia membagi ilmu dalam sepuluh bagian. Mengikuti pembagian para ilmuwan Yunani, jadi ada fisika, metafisika, estetika, politik, dan yang lainnya. Padahal al-Khalil itu seorang yang amat ketat di dalam masalah al-Qur`an. Ia ketat dalam gramatika, sehingga jangan sampai ada penyelewengan dalam pengertian. Tapi anehnya, ia tidak segan-segan mengambil ilmu dari orang Yunani. 

Lantas yang bernama al-Farabi seorang filosof Islam, juga Ibnu Sina, jagonya filsuf Islam. Kalau ditanya, apa pikiran al-Farabi tentang negara? Maka negara menurut dia adalah “negara Tuhan”, sebuah negara agama. Dan dia bikin buku, namanya Negara Utama. Apa yang dimaksud dia sebagai negara utama? Ternyata seluruhnya dibangun atas dasar asas-asas pemerintahan Plato. Al-Qur’an sebagai sumber, tapi kerangkanya dari Plato. 

Penjelasan panjang yang disertai contoh-contoh oleh Gus Dur itu menunjukkan tentang betapa mudahnya para tokoh Islam mengambil inspirasi dari mana saja tanpa mempertimbangkan latar belakang yang meyertainya, asalkan nilai dan fungsinya bisa berguna dan diterima. Itulah gambaran watak eklektik yang tidak dimiliki oleh masyarakat Islam sekarang. 

Hari ini kita kehilangan kepercayaan diri dalam beragama, sumbangan tenda dari gereja untuk korban gemba bumi yang sangat membutuhkan saja ditolak karena ada simbol salibnya. Seolah-olah setelah tidur di dalamnya kita akan otomatis menjadi seorang Kristen yang taat ketika keluar dari tenda. 

Setiap tahun kita meributkan ucapan selamat Natal, sementara Kanjeng Nabi sendiri pernah mempersilakan Masjid Nawabi dipergunakan untuk kebaktian oleh orang-orang Kristen dari Najran. 

Kemajuan peradaban Islam ketika itu tidak bisa dikatakan hanya milik orang Islam saja, tetapi juga milik orang lain yang hidup dalam masyarakat Islam. Karena kemajuan itu bisa diraih sebab ada dukungan dari orang-orang Kristen dan orang Yahudi. Peradaban Islam yang benar-benar Islam adalah suatu peradaban yang mampu mengayomi semua orang dan boleh digunakan oleh semua orang. 

Justru ketika Islam itu diartikan sebagai sesuatu yang sempit. Maka menjadi menurun peradaban Islam ketika memasuki pertengahan abad ke-13. Dimulai ketika Baghdad sebagai ibukota peradaban Islam diserang oleh Hulagu Khan dan bangsa Mongol. Mereka melakukan perusakan dan pembunuhan massal pada setiap ekspedisinya, termasuk perpustakaan terbesar di jantung kota. Sebuah kehilangan akan ilmu pengetahuan yang tidak ternilai harganya. 

Bertepatan dengan situasi yang sulit seperti itu, Imam Al-Ghazali menulis beberapa karyanya tentang tasawuf. Mengajak manusia untuk lebih serius memperhatikan akhirat. Peradaban Islam yang hancur, umat Islam yang kalah mendapatkan obat penawar melalui ajaran tasawuf. Karenanya, banyak tuduhan kepada Imam Al-Ghozali sebagai biang keladi kemunduran peradaban Islam. 

Menasihati orang yang kalah untuk bersabar, kadang tidak merupakan sebuah solusi. Mereka mungkin butuh dorongan untuk berjuang dan membalikkan keadaan. Menasihati anak muda untuk qona’ah dan menerima keadaan bukan tindakan yang tepat, beritahu mereka untuk bersemangat dan memiliki ambisi yang berkobar. Nasihat yang baik, belum tentu baik. Ia juga harus sesuai dengan keadaan kapan dan kepada siapa diucapkan. 

إرسال تعليق

أحدث أقدم