Meyakinkan Diri untuk Menikah


Aku adalah kicau burungmu

Kabut puncak gunungmu

Tuah tenungmu

Aku adalah titik-titik hurufmu

Kata-kata maknamu

(Petikan “Sajak Cinta” | A. Mustofa Bisri, 1995)

 

PERCIK.ID- Tahun ini tidak terasa angka yang membuntuti 30 saya sudah 2, 32 tahun. Tua juga rasanya, bagaimana tidak lah wong partner kerja di tempat saya baru berusia 25 tahunan yang sebagian besar masih belum menikah. Mereka rasanya menjadi adik-adik saya sendiri yang perlu diikhtiari untuk menemukan jodoh terbaiknya. Menikah adalah sunnah nabi yang sudah barang tentu kita banyak yang hafal dengan dawuh Kanjeng Nabi yang masyhur berikut “an-nikahu sunnati, man raghiba, an sunnati falaisa minni”. Menikah itu sunnahku, sesiapa yang tidak mau mengikuti sunnahku maka ia tidaklah termasuk umatku. Atas dasar hadist di atas tidak sedikit juga muslim-mukmin yang termotivasi untuk menikah.

Motivasi menikah pun berbagai macam jenisnya, ada yang ingin menikah karena murni beribadah, ada yang karena tuntutan orang tua, atau ada yang karena agar tidak berlarut-larut dibully karena menjomblo. Maka satu hal penting untuk memulai peribadahan yang everlasting ini harus diawali dengan niat yang betul terlebih dahulu. Innamal a’malu binniyat, sesungguhnya setiap amal tergantung niatnya. (Hr. Bukhori-Muslim).

Dulu ketika di tahun akhir studi saya didawuhi guru saya, KH. Achmad Sodiq At Taqwa Bondowoso, “Kalau kamu sudah niat (lurus) untuk menikah maka logikamu hanya akan tersisa 20%, 80%nya adalah keyakinan bahwa dengan pernikahan sebagai ibadah, Gusti Alloh akan menata kehidupanmu dengan lebih baik,” dawuh beliau, “Semua keraguan kebutuhan financial, thetek bengek keruwetan akan tertutupi dengan keyakinanmu pada Alloh. Dengan kamu yakin kepada-NYA, otomatis Alloh akan menuntun ikhtiarmu memenuhi kebutuhanmu. Kuncinya yakin dulu,” tutup beliau.

Target saya menikah usia 25, tidak terwujud. 26 tahun ternyata belum terwujud. 27 tahun rupanya juga belum memiliki takdir menikah. Artinya? Keyakinan saya pada Alloh untuk menikah di usia tersebut harus dievaluasi dan direnungi. Saya harus menyalahkan diri sendiri atas molornya tahun pernikahan saya. Terkadang tertawa sendiri ketika saya membandingkan diri dengan bapak saya yang usia menikahnya sama 28 tahun. Bapak saya menikah di angka tersebut karena masih harus membantu orang tuanya membiayai sekolah ketiga adiknya. Lah saya? Kebanyakan main-mainnya jelas. Itu hanya salah satu evaluasi ringan mengapa pernikahan saya tidak sesuai dengan target saya. Gusti Alloh lebih paham detilnya, lebih paham rahasia setiap makhluk-NYA.

Keyakinan untuk menikah pemuda-pemudi hari ini rupanya tidak sekokoh orang-orang dulu. Tidak dipungkiri dan manusiawi sekali karena beban kebutuhan hari ini seakan-akan lebih mahal dibandingkan zaman dulu. Terlalu banyak teori yang mampu membuat ragu seorang jomblo untuk menikah, misalnya: harga susu bayi/anak mahal, memadukan dua visi misi sangat merepotkan diri, freechild, anti feminisme, anti patriari, dan logika-logika lainnya yang mengurangi kadar keyakinan kepada Alloh swt. Mestinya, keterbukaan informasi hari ini memungkinkan sekali bagi kita untuk me-recharge baterai keyakinan kita kepada Alloh. Ilmu-ilmu Alloh hari ini juga bertebaran di mana-mana, tinggal kita mau mencari guru atau tidak, mau mengistiqomahi ilmu yang mana tinggal pilih.

Mengesampingkan angan-angan negatif yang kalau menikah nanti begini dan begitu adalah salah satu cara kita membulatkan keyakinan kepada Alloh. Percaya diri untuk menikah merupakan salah satu modal untuk bisa menikah. Percaya diri bahwa kita yakin Alloh adalah Zat Yang Maha Mencukupi, bahwa dengan menikah pintu rejeki akan terbuka lebih lebar. Bahwa menikah adalah gerbang menciptakan peradaban Islam melalui keluarga. Bahwa menikah merupakan salah satu kunci hidup menjadi lebih tenang, tidak kemrungsung. Bahwa menikah dengan landasan lillahi ta’ala akan membuat hidup kita semakin berkah dengan segala duka citanya. Yakini lanjut lakoni. Marriage life are Learning by doing and doing by learning.

 

Pandu T. Amukti
Santri yang nDokter Hewan. 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama