Bu Tejo dalam “Tilik”


PERCIK.ID- Bu Tejo, mendadak populer. Nama tokoh di film pendek berjudul 'Tilik' itu menarik perhatian. Kelakuan dan gaya bicaranya membuat gemes bahkan nggregetke.

Dalam film yang dibuat oleh Ravacana Films bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY itu, Bu Tejo digambarkan sebagai sosok yang suka metani liyan, lambe lamis, centil, dan suka pamer kekayaan. (Adegan nggemeske terlihat saat Bu Tejo pamer gelang dan cincinnya di depan Gotrek dan Yu Ning).

Saya sendiri melihat film itu setelah membaca status Bu Nyai Ienas. Dari status beliau dan melihat judul film “Tilik” membuat saya penasaran. Saya tonton, kadang ngakak melihat adegan dan percakapan yang njowo dan ndeso banget itu.

Kita mungkin tertawa atau gemes dengan tokoh seperti Bu Tejo itu. Tapi pada kehidpuan nyata, pada keseharian kita boleh jadi perilaku Bu Tejo itu adalah cermin dari perilaku keseharian kita. Suka ngrasani orang lain. Asyik Membicarakan kekurangan orang lain dan juga gemar (disadari atau tidak) menyebar berita/ informasi yang ndak jelas kebenarannya.

Tokoh Bu Tejo memang perempuan, tapi menurut saya sama saja baik laki atau perempuan, kalau sudah ngumpul, ngobrol tentang orang lain akan betah berlama-lama ngorek sisi melik kehidupan orang lain.

Saya jadi teringat dawuhnya Imam Ali bin Abi Tholib kw,

اللسان سبع ان خلي عنه عقر
Lisan itu bak binatang buas, menerkam jika dilepas

Apalagi jika di depannya ada daging segar. Pasti binatang buas itu akan meronta, meraung untuk minta dilepas lalu memakan daging itu.

Jika lisan adalah binatang buas itu, maka ngrasani orang lain itu adalah dagingnya.
Maka jangan heran tatkala, membicarakan (kekurangan) orang lain, seseorang bisa betah berjam-jam untuk ngorek tentang apapun orang yang dibicarakan itu. Bahkan satu kekurangan dibicarakan, bermunculan kekurangan orang lain yang menarik untuk digunjingkan. Persis seperti Bu Tejo yang membicarakan Mbak Dian dalam film Tilik itu.

Jadi, kalau sampeyan sedang ngumpul dengan teman, kanan kiri Anda mulai mengarah ke ngrasani liyan, pintar pintarlah untuk mengalihkan atau mengingatkan. Jika tak berani mengingatkan, ya tinggal pergi saja. Jika itu tak memungkinkan juga diamlah dan berdo’alah kepada Alloh semoga tema perbincangan itu beralih. Seng penting hati sampeyan sudah mengingkari kan?

Sangat saya sarankan panjengan untuk nonton film Tilik ini.

Zaenal Abidin el-Jambey
Penulis Buku "Aku Berusaha, Alloh yang Punya Kuasa"  fb

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama