Mengingatlah untuk Membahagiakan!

PERCIK.ID- Ada sebuah maqolah yang sudah masyhur di tengah-tengah kita,

Lupakanlah kebaikanmu kepada orang lain dan ingatlah kebaikan orang lain padamu. Begitu pula, lupakanlah ketidakelokan orang lain padamu serta ingatlah perilaku tidak mengenakkanmu pada orang lain


Sebagai manusia yang tercipta sebagai sebaik-baik penciptaan karena telah Alloh anugerahkan akal dan budi pekerti, seyogyanya kita sadar diri untuk bisa berusaha seoptimal mungkin mengiyakan nasihat bagus di atas. Melupakan dua hal, dan mengingat dua hal.

Akan tetapi, saya kerap sekali merasa kurang nyaman dengan sosok pelupa yang berinteraksi dengan saya, bukan persoal ia melupakan kebaikan yang pernah saya lakukan karena sudah sepatutnya saya melupakan itu jika pun pernah berbuat kebaikan. Bukan pula karena ia sok lupa dengan perilakunya yang beberapa kali nggeregetno saya, karena memang kudunya saya melupakannya. Ketidaknyamanan saya karena orang yang ngalor ngidul ngobrol di hadapan saya ternyata lupa dengan saya. Pangling, seperti kenal atau tidak kenal.

Rupanya kejadian demikian juga pernah terjadi di beberapa orang dekat saya. Lawan bicara kita lupa dengan kita, sementara kita sangat mengenalinya. Bisa jadi karena pertemuan yang sudah terlampau lama sekali atau pertemanan yang sumbernya via media sosial dan hanya akrab dalam jaringan, bukan tatap muka. Lupa-lupa ingat atau ingat-ingat lupa ini menjadi sebuah hal yang cukup menggemaskan.

Islam dengan seluruh kompleksitas pedomannya mengatur urusan yang remeh-temeh yang mungkin kita pun nggumun, lowalah hal sekecil ini ternyata ada panduan dan aturannya. Semisal owalah mencukur bulu kemaluan pun ada tata caranya hingga perihal yang rumit njelimet seperti pembagian harta warisan sudah tertata rapi aturan mainnya dalam ajaran mulia yang Rasululloh Muhammad Saw. sampaikan ini. Panduan-panduan di dalam Islam yang super lengkap ini juga berlaku untuk ingat-mengingat.

Wahai orang-orang beriman berdzikirlah kamu dengan sebanyak-banyak dzikir (Qs.al-Ahzab [33]: 41).

Ayat di atas merupakan salah satu ayat Alloh yang menyeru kepada kaum beriman untuk mengingat-ingat Alloh (dengan berdzikir) sebanyak-banyaknya. Tidak heran mengapa orang beriman saja masih Alloh perintahkan untuk mengingatNYA, manusia tempatnya salah dan lupa. Kalau dicermati kembali, sebenarnya kita tidak perlu nggerundel dengan mereka yang pelupa. Karena lupa itu manusiawi, tetapi bukankah manusiawi juga untuk merasa tidak nyaman karena terlupakan?

Ud’uni astajiblakum” Berdoalah kepadaKU, maka akan AKU kabulkan. Begitulah Alloh dawuh dalam al-Qur’an. Ad-du-â’u silahul mu’min, do’a adalah perangkat senjata seorang mukmin.

Muara ingat dan do’a ada pada sebuah munajat sesama muslim-mukmin. Ada unen-unen Madura yang sering didengung-dengungkan para Kiai kepada para santrinya ketika di pesantren,

Sambhungan jhek pegghek (Sambungan jangan putus)

Dalam artian yang lebih luas, ikatan ruh sesama saudara muslim-mukmin terlebih pada guru tidak boleh putus agar perjalanan menuju kedekatan kepada Alloh swt. semakin kuat dan mengokohkan kadar iman dan takwa. Begitu indahnya dan saya yakin Anda akan merasa tersanjung kemudian berbunga-bunga ketika guru Anda mengingat Anda kemudian menyebut Anda dalam sebuah majelis ilmu. Bukan karena sekadar diingat yang menjadikan Anda berbahagia, namun juga karena yang mengingat Anda adalah orang yang sangat Anda hormati, sedangkan beliau tidak hanya mengenal Anda, melainkan ada ratusan atau mungkin ribuan orang yang pernah bertergur sapa dengan beliau. Betapa merasa terpilihnya Anda ketika diingat.

Sebuah hadis riwayat Muslim menerangkan bahwa do’a seorang muslim untuk saudara muslim lainnya tanpa yang terdo’akan mengetahuinya adalah sebuah doa yang mustajab. Seringan munajat Allohummaghfir lil muslimin wal muslimat wal mu’minin wal mu’minat , seharusnya sesering itu pula kita khususkan untuk orang-orang terbaik di sekitar kita: orang tua, guru, istri, suami, anak, sahabat, rekan bisnis, atasan, atau karyawan kita.

Saya yakin seyakin-yakinnya, mereka yang lupa-lupa ingat, atau ingat-ingat lupa, atau lupa betul dengan kita adalah buah kurangnya kita mendo’akan mereka. Sebuah kalimat penutup,

Mengingatlah untuk membahagiakan!

Pandu T. Amukti
Santri yang nDokter Hewan. 

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama