Agar Ketidaktahuan Diri Kita Ndak Kebangetan

PERCIK.ID- Dalam al-Qur’an Alloh mengingatkan kita semua. Kalau kita menghitung-hitung berapa banyak nikmat yang Dia berikan kepada kita, maka mustahil kita mampu menghitungnya.

Kenapa mustahil? Karena begitu banyak nikmat Alloh yang setiap saat kita terima. Satu saja kita sudah kebingungan menghitungnya kok, nikmat bisa bernafas misalnya, apalagi kalau semua. Dan harus kita akui, kita lebih banyak tidak menyadari nikmat itu bukan?  

Umumnya kita baru sadar, pakai banget kalau ada sesuatu yang kita harapkan kemudian terwujud. Baru deh kita bilang, Alhamdulilah cita-citataku terwujud. Alhamdulillah keingananku terwujud dan lain sebagainya. Sementara setiap saat nikmat yang dikucurkan Alloh kepada kita berupa bisa hidup, bisa bernafas, bisa bergerak, bisa mendengar, bisa berbicara, bisa membau, bisa merasakan cabe itu pedas, gula itu manis dan kopi itu pahit dsb tak pernah kita sadari bahwa itu adalah anugerah besar dariNYA.  

Bayangkan sehari saja kita tidak bisa membau. Kita klimpengan, ndak enak. Di mana ndak klimpengan, kala tidak bisa membau, bau wangi tak bisa kita bedakan dengan bau kecut, apek, dan busuk. Apalagi pada hari-hari ini, tidak bisa membau (anosmia) adalah indikasi terpapar covid-19. Coba kalau nikmat bisa membau saja ini kita lalai, untuk mensyukurinya betapa kebangetannya kita ini.

Setiap saat nikmatNYA mengalir deras kepada kita. Satu saja misalnya nikmat bisa mendengar, tiba-tiba hilang betapa tak berdayanya manusia itu. Entah berapa nilainya kalau aneka nikmat yang Alloh berikan itu dimaterikan, diuangkan. Betapa besar uang yang kita terima saban harinya. Ndak akan sanggup sampeyan menghitunya.

Sering-seringlah kita merenung. Apa ndak kebangetan, ndak malu, kalau nikmat yang sedemikian besar itu selalu diberikan Alloh kepada kita, lantas kita mengeluh terus. Juga tak kunjung sadar untuk kemudian mau bersyukur sebanyak-banyaknya kepadaNYA. Meskipun sebanyak apapun kita bersyukur juga tidak akan pernah cukup untuk ‘berterimakasih’ kepada Alloh. Namun setidaknya kita sadar diri, mengakui bahwa kita lemah tak berdaya tanpa anugerahNYA. Betapa banyak nikmat yang Alloh limpahkan kepada kita, dan betapa kita tidak mampu untuk beryukur atas itu semua.

Rosululloh mengajarkan kepada kita sebuah do’a, agar ndak kebangetan ketidaktahuan diri kita ini atas nikmat yang Alloh berikan. Siapa saja yang membacanya dengan penuh kesadaran, tercukupilah rasa syukurnya pada hari itu. Bacalah do’a ini di waktu pagi dan sore.

اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ أَوْ بِأَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ ، فَلَكَ الْحَمْدُ ، وَلَكَ الشُّكْرُ

Ya Alloh, nikmat apapun yang ada padaku di waktu pagi atau yang ada pada setiap makhluk-Mu, semuanya hanya dariMU semata, tiada sekutu bagiMU, bagiMU segala puji dan bagiMU segala syukur.” (Hr.an-Nasai)

Jika membaca di waktu sore, tinggal diganti saja kalimat اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي menjadi اللَّهُمَّ مَا أَمْسَى بِي. Selamat mengamalkan, semoga kita digolongkan termasuk golongan hamba-hambaNYA yang pandai bersyukur. Amiin.  

Zaenal Abidin el-Jambey
Penulis Buku "Aku Berusaha, Alloh yang Punya Kuasa"  fb

1 تعليقات

أحدث أقدم