Dilema Mendidik Anak bagi Pasutri Berkarir

PERCIK.ID- “Ojo nganti anak iku dididik karo Mbahe.” Nasihat guru saya ini saya pegang kuat-kuat. Al-ummu madrosatul ula, Ibu adalah tempat pendidikan yang utama. Idza a’dadtaha a’dadta sya’ban thoyyibal a’roq, jika kau mempersiapkannya maka engkau sudah mempersiapkan generasi terbaik.

Tempat tinggal saya dan orangtua terpaut jarak 12 kilometer. Beberapa kabupaten harus dilewati terlebih dahulu jika menuju rumah mertua. Alhasil, kami tinggal benar-benar berdua di rumah yang juga bukan milik sendiri. Takdir Alloh, pandemi ini membuat kegiatan di luar rumah dibatasi. Jam-jam praktek saya juga tidak sepadat sebelum pandemi, istri saya untuk beberapa waktu yang cukup lama tidak mengajar di sekolah. Syukurnya adalah golden age pembarep kami full time dengan ibunya. Semoga menjadi madrosatul ula betulan. 

Setiap istri dan seorang ibu pasti menginginkan menjadi sumber ilmu yang utama dan pertama bagi putra-putrinya. Sayangnya, tidak semua ibu memiliki takdir untuk menjadi ibu rumah tangga semata. Zaman sekarang sudah banyak seorang istri atau ibu yang juga Alloh takdirkan untuk berkarir. Kesibukan sebagai sepasang suami-istri berkarir akan menyita waktu dan tenaga di luar rumah.

Dilematis ketika pasangan suami berkarir ini memiliki seorang anak. Apakah si istri memilih untuk menjadi seorang ibu rumah tangga, atau melanjutkan karir di luar rumah. Setiap rumah tangga memiliki dasar, alasan, dan pedoman untuk menentukan pilihan. Pijakan paling baik tentu ilmu. Mengilmui setiap langkah adalah hal yang mendekati petunjukNYA. Cerdasnya akal dan sholih-sholihahnya perilaku anak adalah impian orang tua. Dengan ilmu, mereka yang berkarir belum tentu mengesampingkan perkembangan sholih-sholihah anak di rumah. Tanpa ilmu, mereka yang fokus menjadi ibu rumah tangga tidak selalu paham ikhtiar mensholih-sholihahkan anak. Maka, sebuah ilmu parenting berbasis fiqh adalah vital. Ketika ikhtiar sudah memiliki landasan ilmu, dengan sendirinya menguatkan doa-doa kepada Alloh adalah bagian yang berbanding lurus.

Di masa pandemi begini family time menjadi poin yang sangat kami syukuri. Walaupun saya dan istri sama-sama bekerja, porsi menggendong, momong, dan bercengkerama bersama anak tidak lebih sedikit dibanding waktu bekerja di luar. Pandemi ini sepertinya Alloh mau mengajari kami untuk terus belajar mendidik anak dengan posisi kami berdua yang bekerja. Mengatur irama, waktu, dan pekerjaan mana yang prioritas atau bisa ditinggalkan. Sungguh, sebagai orangtua muda, kami menyadari betul bahwa tumbuh kembang anak adalah sebuah proses yang harus dinikmati kedua orangtua. Konon katanya, kesuksesan masa depan generasi bangsa ada pada keberhasilan seorang ibu mendidik putra-putrinya.

Titik tekannya adalah jika Anda seorang perempuan yang hendak menikah tau sebentar lagi menjadi seorang ibu, silakan renungi, ilmui, istikhorohi, dan musyawarahkan dengan suami atau guru ruhani Anda mau melanjutkan karir atau menjadi ibu rumah tangga di rumah. Jika Anda seorang lelaki, arrijalu qowwamuna ‘alan-nisa. Menjadilah suami bijak dalam mengambil keputusan rembukan persoal karir istri di luar rumah.

Pandu T. Amukti
Santri yang nDokter Hewan. 

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama