Wahai Diriku: Tuhan Tidak Menyiptakanmu dengan Main-Main

Dan tidaklah KAMI ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main.” (Qs. al-Anbiya’[21]: 16)


PERCIK.ID- Di antara makna yang terkandung pada ayat di atas ialah; Alloh swt. menjadikan seluruh makhlukNYA sebagai sarana bagi umat manusia agar memahami siapa dirinya; di dunia untuk apa; dan setelahnya akan kemana.

Sebagaimana firman Alloh swt. Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya KAMI menyiptakan kamu secara main-main [saja], dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada KAMI” (Qs. al-Mukminun[23]: 115)

Kita musti paham bahwa DIA tidak main-main ketika bertitah “Kun, fayakun” pada lempung, yang kemudian berubah menjadi manusia.

Bukan hanya itu, bahkan TuHan telah meniupkan sebagian dari ruhNYA kepada seonggok lempung yang telah diberiNYA nyawa itu.

Karenanya wahai diriku, pertama-tama yang harus kau munculkan dalam benakmu ialah kesadaran bahwa, betapa sayangnya DIA padamu. Yang rela dengan “tangaNYA” sendiri merubah lempung menjadi sebaik-baiknya bentuk dengan mahkota ilmu.

Yang dengannya para malaikat diperintahkan sujud [hormat] kepada bapaknya manusia. Dengan ilmu itu pula dirimu lebih unggul dari hewan melata seluruhnya.

Karenanya jangan pernah kau sia-siakan anugerah Tuhan, berupa ilmu yang ditaburkanNYA dipersemaian pikir di kepalamu. Sebaliknya, gunakanlah ia untuk membuka rahasia yang dikandung bumi dan langit, dengan mata pinjamanNYA. Jika kau melakukannya dengan sepenuh hati, pasti akan kau temukan betapa bersungguh-sungguh DIA menyayangimu.

Ingat kamu adalah manusia, bukan ular kobra. Maka bersikaplah layaknya manusia, jangan merayap di atas tanah bagaikan hewan melata yang tidak mampu membayangkan sesuatu, selain melampiaskan hasrat hewaninya untuk memangsa dan berkembang biak.

Namun ingat jika kamu tidak juga menyadari akan fitrohmu sebagai manusia, maka dirimu tidak akan bisa melompat lebih tinggi dan lebih arif dari seekor ular, yang makan tak lebih dari yang diperlukan serta bertapa untuk memeroleh pembaruhan dari kelahirannya.

Sebagaimana yang didawuh-teladankan oleh Kanjeng Nabi saw. “Janganlah kamu makan, kecuali ketika lapar. Dan berhentilah makan sebelum kenyang

Untuk siapakah dawuh itu? Dan siapa yang sungguh-sungguh megamalkannya? Dirimu ataukah ular yang merayap itu?!

Lihatlah betapa dungunya dirimu, engkau kumpulkan dan simpan berkeranjang-keranjang makanan, padahal yang kau dulangkan ke mulut mungilmu hanya sepuluk nasi.

Engkau siapkan di dalam pundi-pundimu bermiliar-miliar uang untuk hidup seribu tahun lagi kata Khairil Anwar, padahal kematian terus mengintaimu.

Dan di sisa umurmu yang tinggal hanya sepenggal nafas itu, tidak juga kau siapkan walau hanya secuil jawaban untuk menghadapi seramnya Munkar dan Nakir ketika bertanya “Man robbuka?” siapa Tuhanmu?

Lalu jawaban apa yang akan kau berikan, bila hari itu tiba?!  Jika selama hidupmu tidak pernah mau mengenal Tuhan. Setiap menarik dan menghembuskan nafasmu, tidak pernah melibatkanNYA dan tidak pernah menganggap DIA ada.

Karenanya kesadaran tertinggi bagi manusia ialah ketika ia tahu asalnya dari Alloh; hidup untuk DIA; dan akan kembali kepangkuanNYA.

Mukhtarom Arsalan
Ribath Ibadurrohman el-Luthfy


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama