Cinta Pertama Bernama Roma

PERCIK.ID- 17 Juni 2001, AS Roma menjadi raja Liga Italia.  Kala itu, tak ada tontonan bola yang lebih menarik dibanding Liga Italia bahkan jika dibandingkan dengan Liga Champions Eropa.

Kakak saya adalah orang pertama yang mengenalkan dan sekaligus membuat saya jatuh cinta pada Liga Italia. Ia boyong dari pondok, masih seorang pengangguran. Bujang tua dan butuh hiburan. Tengah malam tiap akhir pekan, kadang dini hari, ia bangunkan adiknya yang belum genap 10 tahun ini untuk menemaninya nonton bola. Saya senang-senang saja, apalagi ia selalu membuat mie instan atau nasi goreng. 

Jagoannya adalah Juventus, pemain favoritnya adalah David Trezeguet. Tipikal idola lulusan pondok; beragama Islam dan ngingu jenggot. Ia juga pernah cerita soal Zinedine Zidane yang menurutnya bernama asli Zainuddin Zidan, Zidane adalah mantan pemain Juventus. 

Orang lebih mudah mengingat tanggal pernikahannya dibanding tanggal tanggal kapan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Masyhur beredar ungkapan Dalang Edan Sujiwo Tejo, "Menikah itu nasib, mencintai itu takdir. Kamu bisa berencana menikahi siapa, tapi tak dapat kau rencanakan cintamu untuk siapa". Begitulah, saya tak ingat kapan kali pertama jatuh cinta pada Roma, kalau boleh dibilang begitu. Teman-teman saya juga menyukai Roma, tapi seingat saya tak ada yang punya jerseynya. Kalau jersey Juventus ada yang punya, Nahar namanya, anak tentara. 

Sampai sekarang saya masih hafal lagu Bollywood yang liriknya diganti dengan nama-nama pemain AS Roma: 

ae Montela… a a!

Batistuta… a a !

Lima Totti…

Cafu Tommasi a…  

Saya tidak tahu judul lagunya, hanya nadanya saja yang saya hafal. 

Pada tanggal 17 itu, Olimpico seperti akan meluap; penuh dan merah. Roma unggul 3-1 atas Parma. Scudetto harus ditentukan higga laga terakhir di musim itu. Kalau skor tidak berubah sampai laga usai, Roma akan jadi juara. Pada menit 84 laga sempat terhenti karena sebagian tifosi Roma berlari ke tengah lapangan. Mereka merasa tak perlu menunggu peluit dibunyikan untuk merayakan. Mereka sudah tidak sabar. Sudahlah, Roma juaranya! 

Euforia itu, gegap gempita itu, pesta pora itu adalah kali terakhir dan belum pernah terulang lagi, karenanya patut untuk dikenang. 

Ketika wasit Stefano Barschi meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan, para pemain Parma bergegas berlari ke ruang ganti, mereka musti cepat menghindar, sebab puluhan ribu Romanisti langsung menyerbu dan menghambur ke tengah lapangan. Mereka meluapkan kegembiraan, melampiaskan penantian, melupakan segala masalah dan bertiak bersama-sama; Campione, Campionie, Campione. 

Il Capitano Franscesco Totti, aktor utama dan nyawa AS Roma bertelanjang dada, diserbu paparazi dan reporter stasiun televisi. Kelak, ia mengutarakan bahwa satu-satunya gelar Scudetto yang pernah ia raih bersama Roma itu amat istimewa, “Di sini, 1 gelar bernilai 10 di klub lain.” 

20 puluh tahun berlalu, Roma belum mampu naik ke puncak kejayaan yang sama. Mendukung AS Roma memang suatu cara berpuas diri dengan apa yang sudah dimiliki dan bersyukur atas sedikit hal lain yang bisa didapat. 


Comeback luar biasa kala menjamu Barcelona pada leg kedua babak perempatfinal Liga Champions 2017-2018, rasanya sudah sama dengan jadi juara Eropa. Menang 3-0 pada leg kedua setelah kalah 1-4 pada leg pertama itu jauh lebih menakjubkan daripada malam ajaibnya Liverpool di Istanbul kala mengalahkan AC Milan pada tahun 2005. 

Ungkapan Bernard Shaw barangkali ada benarnya "Cinta pertama hanyalah sedikit kebodohan dan banyak rasa ingin tahu." 


Saya kini adalah pendukung Manchester United. Bukankah cinta pertama memang tidak selalu merupakan cinta sejati? Ya, hanya kebodohan yang bercampur dengan rasa ingin tahu. Meski begitu, perih juga rasanya ketika menonton Roma dikuliti MU 7-1. Gol indah De Rossi seperti tidak berarti. Rasa kecewa dan malu terlalu besar untuk bisa dihibur dengan sebiji gol. 

Syafiq Rahman
Freelence Writer & Pedagang Buku "Makaru Makara"  fb          

1 Komentar

  1. Syafiq Rahman

    Cinta Pertama itu Bernama Roma
    https://www.percik.id/2021/08/cinta-pertama-itu-bernama-roma.html

    BalasHapus
Lebih baru Lebih lama